Senin, 08 Desember 2008

Korupsi Isu Pemimpin Kini


Kita sengaja kembali mengangkat satu penyakit kronis bangsa ini: korupsi! Isu itu kita angkat berbarengan dengan masa kampanye Pemilu 2009.
Laporan harian ini menggambarkan betapa virus korupsi merambah ke seluruh pelosok Tanah Air. Hampir tidak ada wilayah yang bebas dari korupsi. Dari sisi profesi, hampir semua profesi mempunyai wakil di dalam tahanan karena terjerat korupsi. Ada jaksa, ada hakim, ada polisi, ada advokat, ada politisi, ada aktivis LSM, ada pula pengusaha atau pelobi perkara.
Kita prihatin dengan terus merebaknya korupsi. Seakan korupsi terus saja terjadi, dan tidak ada tanda-tanda pelambatan, kendati sistem politik Indonesia telah berubah dari otoriter menuju demokrasi. Pola korupsi memang berubah. Jika pada Orde Baru korupsi terpusat di Jakarta, kini bergerak ke daerah. Kalau pada era Orde Baru korupsi berpusat pada eksekutif, kini legislatif dan yudikatif mulai ikut-ikutan.
Lalu, apa artinya 10 tahun reformasi? Kita tidak ingin reformasi hanya berarti perubahan konstitusi yang berimplikasi pada perubahan sistem pemilu atau sistem politik. Kita berharap reformasi menyentuh perubahan perilaku, perubahan cara hidup yang menempatkan secara tegas ”milikmu” dan ”milikku”.
Kita sungguh bertanya-tanya mengapa sikap keras Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan menyadap, menangkap, dan kemudian menahan orang yang diduga melakukan suap atau korupsi tidak membuat orang takut atau gentar. Bahkan, seorang tahanan yang ditangkap KPK setelah teleponnya disadap kembali melakukan percakapan telepon dengan sesama tahanan, dan kembali lagi disadap KPK.
Publik kadang sampai kehabisan akal bagaimana korupsi diberantas. Ataukah pemberantasan korupsi hanya retorika atau jargon politik untuk meraih kekuasaan? Ataukah kita memang sebenarnya menikmati sistem yang korup seperti ini sehingga tema pemberantasan korupsi hanya retorika politik belaka?
Korupsi adalah isu terkini yang harus dijawab partai politik, calon anggota legislatif, calon presiden dalam Pemilu 2009. Mereka semuanya, termasuk kelompok masyarakat, harus berpikir keras untuk menjawab permasalahan korupsi ketika langkah legal formal sudah tidak mampu lagi menghentikan praktik korupsi.
Gagasan memberlakukan hukuman mati bagi mereka yang mengorupsi uang rakyat, seperti diterapkan Pemerintah China, memang akan ditentang aktivis hak asasi manusia sebagai pelanggaran HAM. Meski demikian, praktik korupsi juga jelas-jelas merupakan pelanggaran hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Calon presiden 2009, pemimpin partai politik, pemimpin ormas, dan pemimpin agama harus menyatukan pandangan bahwa korupsi adalah kejahatan luar biasa, yang harus ditindak secara luar biasa pula. Ide pembuktian terbalik yang belum diadopsi sistem hukum Indonesia perlu dipikirkan jika memang langkah itu diyakini bisa menjadikan Indonesia bebas korupsi!

KEBANGKITAN GURU PENDIDIKAN SENI BUDAYA


Dalam kurun waktu sekitar tiga tahun terakhir, perkembangan dunia seni rupa di Indonesia setidaknya yang saya amati di wilayah Yogyakarta nampak begitu bergemuruh, hangar-bingar, dan penuh dinamika. Pekembangan ini tidak berdiri sendiri, namun sedikit banyak memiliki jalur relasi dengan isu bubble market yang telah meledak, terutama di seni rupa kontemporer China dan berimplikasi ke segala penjuru, termasuk di Indonesia. Untuk konteks perbincangan seni rupa di Indonesia, situasi ini berkait dengan tiga hal yang saling bertali-temali satu sama lain, yakni ihwal kreasi, mediasi, dan resepsi.
Ihwal kreasi berpijak pada bergairahnya para seniman atau perupa dalam melakukan praktik proses kreatif untuk memproduksi karya. Untuk kasus di wilayah Yogyakarta yang saya amati, praktik ini banyak dibentuk (karakternya) oleh spirit komunalitas Yogyakarta yang amat kodusif. Ada iklim keguyuban yang saling mempengaruhi, saling bantu, saling berkompetisi yang relative cukup sehat antar seniman dan antarkelompok seniman. Kesenimanan para (calon) seniman banyak dibantu oleh situasi ini. Dan tentu saja di-back up dengan cukup akomodatif oleh lembaga pendidikan seni di tingkat perguruan tinggi dan sekolah menengah, juga komunitas-komunitas yang merimbun di kawasan ini. Spirit komunalitas yang terbangun secara antarpersonal dan antarkomunitas dalam dunia internal seni rupa, juga disiplin (ilmu, profesi) lain telah melahirkan jejaring interkoneksitas yang konstruktif untuk mengayakan jagad citra kreatif perupa Yogyakarta.
Sementara ihwal mediasi menyoal pada problem penempetan keluaran kreatif seniman yang dipresentasikan ke ruang publik dan kemudian masuk dalam ruang-ruang social(isasi) yang lebih luas. Mediasi dan sosialisasi di tingkat pertama adalah ketika karya seniman dipresentasikan di ruang-ruang publik seni seperti galeri atau ruang pameran lain. Kemudian, bertingkat pada sosialisasi karya seni kepada masyarakat lewat peran mediator seperti jurnalis, kurator dan kritikus atau pengamat seni yang sedikit banyak telah membantu mendistribusikan ide kreatif dan pemikiran seniman ke dalam ranah yang lebih luas lagi. Tak sedikit pameran berkualitas berlangsung di sebuah galeri di Yogyakarta, misalnya, yang kemudian dimediasikan dengan baik dan meluas oleh media massa, telah beresonansi jauh melampaui batas-batas geografisYogyakarta. Mediasi ini lalu beranak-pinak melahirkan pewacanaan yang dibawa oleh karya kreatif. Di satu sisi seniman “mengabarkan” hasil representasinya atas realitas sosial dan realitas imajinasinya lewat karya. Sedang di sisi lain, representasi itu telah “beralih rupa” oleh pembacaan publik (seni) di kawasan yang sama atau kawasan lain menjadi wacana realitas kreatif. Di sinilah kemudian pewacanaan seni rupa berlangsung dengan lebih luas dan bertingkat-tingkat.
Sedangkan ihwal resepsi lebih menyoal pada masalah daya serap yang melibatkan publik seni dan masyarakat luas dalam mengapresiasi atau menonton karya seni rupa, karena merekalah salah satu tujuan utama hasil proses kreatif dimuarakan. Seperti halnya poin kedua, resepsi (serapan) publik ini dibayangkan akan berimplikasi pada merebaknya pewacanaan yang meluas dan inspiratif bagi publik. Meski demikian, ada kesadaran awal yang mesti lebih dulu dipahami bahwa publik memiliki keragaman (latar belakang pendidikan, sosial, intelektualitas, dan lainnya yang berkait) dalam membaca dan memahami karya seni.
Publik seperti “pemilahan” yang dikategorisasikan oleh Roland Barthes dalam Image-Music Text (1997) ada yang membaca karya dalam tahap perseptif, yakni berupaya melakukan transformasi gambar ke kategori verbal atau membangun imajinasi sintagmatik. Lalu tahap kognitif, yaitu membangun konotasi atas gambar dengan bekal pengetahuan kultural tertentu beralaskan imajinasi paradigmatik. Dan berikutnya tahap etis-ideologis, yakni tahap pembacaan konseptual yang didasarkan oleh imajinasi simbolik.
Tahapan atau hierarkhi ihwal resepsi di atas merupakan fakta yang tak dapat ditolak, tetapi justru bisa didekati oleh seniman sebagai sebuah strategi dalam berkesenian. Karena secara obyektif dapat dilihat bahwa problem terbesar dari paparan di atas adalah pada ihwal resepsi. Tak sedikit seniman di sekitar kita yang telah berkarya sangat intensif-kreatif tetapi belum menemukan muara resepsi dari publik yang cukup memadai.
Dengan melihat realitas yang terjadi secara umum di peta seni rupa Indonesia dewasa ini, lalu, apakah fakta tersebut juga senafas dengan yang terjadi di medan seni rupa “yang lain”, misalnya jagad seni rupa yang diampu oleh para pendidik di bangku-bangku sekolah? Lebih dari itu, apakah para pendidik seni rupa di bangku sekolah juga berperan menjadi aktor penting yang mampu memediasikan kecenderungan praktik dan pewacanaan seni rupa terhadap anak didiknya? Apakah dinamika seni rupa dewasa ini juga bergaung dan mengimbas pada cara berpikir anak didiknya?
Rentetan pertanyaan ini niscaya bukanlah hal yang baru dimunculkan. Namun justru karena bukan perkara yang baru, maka patut diduga ada problematika yang cukup kompleks antara fakta yang mengemuka atas dinamika tersebut dan realitas yang bergerak di dunia pendidikan seni. Problem itu, terutama, adalah keberjarakan yang timpang, yang pertautan antara keduanya seolah merupakan dua kontruks bernama fakta dan mitos. Pemahaman ihwal fakta mengacu pada kejadian, situasi, kualitas, hubungan atau keadaan yang sungguh-sungguh ada dan terjadi secara aktual dan nyata. Sedang mitos dimengerti sebagai suatu cerita yang dianggap benar, tetapi tidak diakui sebagai benar, karena ada sedikit hubungan dengan ihwal metafora atau semacam perumpamaan. Sehingga realitas yang terjadi tentang dinamika seni rupa, ketika dikembalikan dalam konteks pendidikan seni rupa, sekali lagi, akan serupa dengan relasi antara fakta dan mitos. Seolah-olah senyatanya ada, namun bisa jadi kabur di tengah realitas lain yang berseberangan.
Kita bisa menyimak, misalnya, deretan contoh-contoh yang tak bisa dipungkiri masih saja terjadi di tengah-tengah kita. Contoh yang paling melegenda adalah narasi tentang Raden Saleh yang punya pengalaman dipinggirkan dalam pergaulan antarseniman saat awal-awal menetap di Eropa dulu. Sehingga, Raden Saleh sampai “memalsu” dengan membuat patung serupa dirinya yang tergeletak berdarah-darah di kamarnya. Kawan-kawannya kaget, iba, dan setelah itu menaruh hormat kepada Raden Saleh sebagai seniman Timur yang berbakat. Kisah ini, entah benar adanya sebagai fakta atau sekedar kerja para penggosip jaman dulu, ternyata telah menjadi sebuah mitos bagi banyak anak-anak SD, SMP, bahkan SMA yang mempelajari sejarah seni rupa Indonesia, khususnya tentang Raden Saleh.
Bagi saya, bukan soal benar-salahnya itu terjadi, namun lebih pada penggiringan ingatan anak-anak akan potongan kisah sejarah seni rupa yang cenderung membodohkan. Jarang di bangku sekolah diajarkan dengan detail tentang karya lukis “Penangkapan Diponegoro”-nya Raden Saleh yang bernilai patriotik dan heroisme karena secara lugas, langsung dan tegas menentang penggambaran ihwal penangkapan Diponegoro yang dimonumenkan secara subyektif versi Hindia Belanda lewat lukisan Jan Pieneman beberapa tahun sebelumnya. Artinya, di sini, problem dunia seni rupa yang ternyata memiliki content mendalam dan dijadikan sebagai alat perjuangan, tak banyak diketahui oleh para pendidik seni rupa. Mereka, barangkali hanya sibuk mempermasalahkan dunia seni rupa sebagai dunia keindahan, komposisi, warna, dan ihwal yang berkait dengan soal eksotika visual dan kebentukan semata. Jarang menyentuh pada problem pendalaman makna yang terkandung dalam teks seni rupa.
Juga, contoh lain, ihwal penteorisasian yang diimplementasikan secara sembrono. Misalnya, dalam soal aliran karya seni lukis karena pendidik seni rupa masih banyak yang mendasarkan adanya aliran-aliran. Banyak dikatakan dalam kelas bahwa aliran lukisan maestro Indonesia Affandi adalah ekspresionisme. Aliran ini diterangkan sebagai aliran lukisan yang dasarnya adalah melukis dengan cepat atau ekspres (mengacu pada kereta ekspres, bus ekspres, dan semacamnya). Bukan pada pemahaman yang tepat bahwa Affandi mengedepankan aspek ekspresi diri yang ditumpahkan secara ekspresif tatkala melukis. Bagi saya, ini bukan lagi sebuah praktik simplifikasi terhadap anak didik. Parahnya, kalau narasi tersebut dipahami sebagai fakta dan kebenaran.
Inilah salah satu contoh adanya keberjarakan yang menguat dalam jagad dunia pendidikan seni rupa, yang cukup berseberangan dengan perkembangan seni rupa di “pentas yang lain”. Keduanya seolah bergerak sendiri-sendiri, dan yang satu menciptakan faktanya sementara di bangku sekolah menciptakan mitos semaunya. Maka, yang terjadi adalah interpretasi-interpretasi yang semu dan menjauhi “kebenaran”.
Adakah ini berkait dengan proses pembelajaran seni rupa yang kurang menggairahkan di bangku sekolah?
Menurut Robert H. Beck, Walter W. Cook, dan Nolan C. Kearney (1963) ada tiga hal penting yang idealnya diketahui tentang kurikulum, yaitu tujuan, metode dan perlengkapan pembelajaran, serta karakter peserta didik. Terkait dengan karakter anak didik, merumuskan kurikulum untuk mereka tak bisa dilepaskan dari perkembangan anak, baik itu perkembangan sosial, belajar, bermain, emosi, moral, spiritual, dan sebagainya. Dua hal penting yang perlu ditekankan di sini adalah kebutuhan anak untuk bermain dan bersosialisasi. Maka, tidak akan optimal sebuah pembelajaran, jika tidak memperhatikan perkembangan dan kebutuhan anak. Ini juga menjadi satu upaya untuk mendudukkan anak secara ‘manusiawi’ dalam proses belajar.

Sementara Carl Bereitel (1974) menulis bahwa kekuatan terbesar pembelajaran adalah pengembangan aspek kognitif. Pembelajaran di sekolah, jelas, memiliki pengaruh kognitif pada anak. Secara kognitif, dengan belajar di sekolah, anak akan belajar mengkode informasi, narasi secara sistematis, mengkategorikannya, dan kemudian mengingatnya secara efektif. Dengan kata lain, anak akan belajar mengorganisasikan informasi, termasuk informasi yang abstrak.
Maka kalau pendidik mengelirukan sebuah narasi dan informasi, apalagi dengan “sewenang-wengang” seperti kisah Raden Saleh dan Affandi, maka, ada banyak hal yang harus dibenahi di sini. Misalnya metode pembelajaran. Perlu metode yang, misalnya, yang dapat merangsang rasa ingin tahu peserta, apalagi pendidik menerapkan permainan dalam belajar (learning games). Terus terang, saya tidak akan memberikan resep konkret atas problem metode tersebut. Namun pada intinya, transfer pengetahuan tentang seni rupa dalam dunia pendidikan dewasa ini mesti dilakukan dengan “gerakan” yang lebih besar dan menyeluruh untuk mengejar ketertinggalan antara yang berada di dunia pendidikan dan “dunia pentas yang lain”, untuk memotong pendek antara yang fakta dan mitos. Semoga bisa! Salam!

Istikharah

Tidaklah akan merugi orang yang suka beristikharah (memohon petunjuk dengan bersalat) dan tidaklah akan bersedih hati orang yang suka bermusyawarah, serta tidak akan kelaparan orang yang rajin menabung. (Nabi Muhammad SAW)Memohon petunjuk Allah dengan bersalat merupakan kegiatan ibadah yang selalu kita lakukan. Ibadah yang satu ini unik dan misterius. Disebut unik karena dalam ibadah ini seolah-olah kita menelepon langsung kepada Tuhan SWT.

Disebut misterius karena selalu ada jawaban atas petunjuk yang kita minta. Jawaban yang datang sering seketika. Bisa lewat mimpi, sering pula lewat gejala yang nampak dalam kegiatan kita sehari-hari. Misalnya, kita memohon jodoh. Gambaran orang yang akan menjadi jodoh kita -- kadang berwujud wajah -- muncul di hadapan kita.Ibadah istikharah ini mengasah sensitivitas kita. Makin sering dilakukan, makin baik. Juga mengajarkan supaya kita selalu ingat kepada hal-hal yang baik saja.

Apalagi jika kita hidup dalam suatu komunitas yang selalu menghendaki kita untuk bermusyawarah. Memohon petunjuk tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk keselamatan masyarakat tempat kita hidup. Hadis riwayat Thabrani di atas mengajarkan bahwa hidup ini dapat dibangun dengan selalu memohon petunjuk Allah. Apalagi zaman sudah semakin rumit oleh perkembangan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Hidup sehari-hari semakin membutuhkan keterampilan kita dalam mengatasinya. Kerumitan di kota-kota besar tidak kalah rumitnya dengan hidup di desa. Di kota, semuanya bisa menjadi kenyataan tetapi sangat mahal biayanya. Di kampung, impian susah menjelma, tapi kelestarian mudah didapat.

Agaknya di kota maupun di desa kita perlu berhemat dalam segala hal.Bagi para calon jemaah haji, di Tanah Suci adalah kesempatan yang seluas-luasnya untuk memohon petunjuk Allah SWT. Apalagi di masjid yang tersuci itu, Masjidil Haram. Bahkan sering kejadian, di depan Ka'bah kita dikaruniai petunjuk sebelum kita memohonnya. Petunjuk itu bahkan di luar batas kesadaran permohonan kita. Tidak perlu malu memohon petunjuk kepada Tuhan karena barangkali kita terlalu cerewet.

Insya Allah Tuhan senang-senang saja atas ulah kita itu dan kita senang karena yang memberi petunjuk Tuhan sendiri. Malu bertanya, sesat di jalan, adalah petuah yang sudah kita resapi sejak kita kecil. Ayolah kita berangkat untuk beristikharah sekarang juga, mumpung kesalahan-kesalahan yang kita buat belum semakin banyak.

Sabtu, 06 Desember 2008

INDONESIA MEMILIH


JAKARTA (Lampost): Wajah baru yang direpresentasikan dengan presiden periode 2009--2014 dalam Pemilu 2009 mendatang cukup terbuka lebar. Hal ini ditegaskan konsultan politik Uncu Natsir, Senin (1-12), di Jakarta. "Saya kira peluang munculnya presiden baru akan terwujud dalam Pemilu 2009," kata Uncu.
Menurut Uncu, presiden baru yang dimaksud jelas bukan SBY maupun Mega. "Kemungkinan itu ada, apalagi jika merujuk ketentuan UU Pilpres tentang persyaratan 20% kursi atau 25% suara nasional. Jika memakai logika syarat 20% yang berkemungkinan mencalonkan presiden adalah Partai Golkar dan PDI Perjuangan. Dengan kondisi ini, justru menurut saya, ada semangat memunculkan calon dari partai tengah, minimal satu nama," kata dia.
Jika perolehan suara Partai Golkar suaranya lebih besar, menurut Uncu, kemungkinan Partai Golkar akan memunculkan capres sendiri. Jika bukan Jusuf Kalla, ada kemungkinan calon alternatif dari Partai Golkar.
Namun demikian, Uncu mengatakan calon alternatif bakal muncul dari partai tengah, yaitu PKS, PAN, PKB, dan PPP. Gerindra, menurut Uncu, bisa jadi masuk di level partai tengah. "Karena itu, saya punya keyakinan bahwa akan muncul capres alternatif. Jadi capres 2009 tidak hanya SBY dan Mega," kata dia.
Terkait syarat capres alternatif agar mampu bersaing, Uncu mengatakan harus memiliki diferensiasi terhadap SBY dan Mega. Kalau kadarnya sama, menurut dia, tidak mungkin bisa menyamai SBY maupun Mega. "Capres alternatif harus punya kelebihan yang lain yang bisa dijual. Misalnya soal keberanian dalam pengambilan keputusan yang tepat, yang tidak dimiliki oleh SBY dan Mega," kata dia.Menurut dia, akan lebih menarik lagi jika capres alternatif memiliki konsep yang brilian untuk mengatasi krisis finansial yang bakal menemui puncaknya bersamaan dengan pelaksanaan Pemilu 2009. "Hal ini akan menyulitkan posisi SBY, meski sebagai presiden ia sudah melakukan ragam paket kebijakan untuk menangkal krisis finansial global. Kalau ada orang yang cerdas dan bisa memberi solusi bagi Indonesia, peluang munculnya presiden baru dalam Pilpres 2009 sangat terbuka," kata dia

Senin, 01 Desember 2008

Sambutan Seminar Pencerahan Guru dalam Rangka Seabad Kebangkitan Nasional


TRANSKRIPSI SAMBUTAN IBU NEGARA REPUBLIK INDONESIAPADA ACARA SEMINAR PENCERAHAN GURU DALAM RANGKA PERINGATAN SEABAD KEBANGKITAN BANGSA DAN HUT KE-3 MOBIL PINTAR UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA, RAWAMANGUN, 10 MEI 2008


Bismillahirrahmanirrahim,Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,Salam sejahtera buat kita sekalian,Yang saya hormati Bapak Menteri Pendidikan Nasional, yang dalam hal ini diwakili oleh Bapak Dirjen Dikti Bapak DR. Fasli Jalal,Yang saya hormati Bapak Menteri Pemuda dan Olahraga atau yang mewakili,Yang saya hormati Bapak Prof. Bejo Suyanto, Rektor Universitas Negeri Jakarta, beserta para Dosen dan seluruh Jajaran Civitas Akademika,Yang saya sayangi Ibu Widodo dan Teman-teman dari Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu, para Pimpinan Lembaga Pendidikan, para Peserta Seminar, Undangan, Hadirin sekalian yang berbahagia,Pada pagi hari yang membahagiakan ini, saya pun ingin mengajak sekali lagi hadirin sekalian untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya lah, maka pada pagi hari ini, kita dapat hadir di Universitas Negeri Jakarta untuk mengikuti Seminar Pencerahan Guru untuk Kader Bangsa. Bapak DR. Bejo yang saya hormati, Ini adalah kesempatan pertama kali saya berkunjung ke Universitas Negeri Jakarta ini. Pemilihan Universitas Negeri Jakarta sebagai tempat seminar, saya anggap sangat tepat. Karena kita semua mengetahui bahwa Universitas Negeri Jakarta merupakan salah satu pabrik yang menghasilkan para guru yang handal dan juga tenaga kependidikan yang handal. Bahkan tadi Ibu Widodo mengatakan, bahwa banyak sekali peserta seminar kali ini merupakan lulusan dari Universitas Negeri Jakarta. Kalau boleh saya tahu siapa yang lulusan UNJ? Boleh angkat tangan. Satu, dua, tiga banyak sekali. Alhamdulillah-alhamdulillah dan perlu saya beritahu juga bahwa salah seorang ADC saya atau ajudan yang berpangkat Letnan Satu Mia dari Angkatan Udara juga lulusan dari UNJ. Sayang dia sedang tidak bertugas, tetapi dia menyampaikan salam juga dan rasa bangganya sebagai lulusan dari Universitas Negeri Jakarta.Universitas ini sudah berusia 44 tahun dan juga sudah menghasilkan 50 kurang lebih 53 ribu guru atau lulusan, baik itu TK, SD, SMP dan SMA. Bapak Bapak DR. Bejo tadi mengatakan 85% lulusan dari Universitas Negeri Jakarta tetap memilih profesinya sebagai guru, dan 15% lainnya memilih profesi yang lain, termasuk yang tadi saya katakana ADC saya atau ajudan dari Ibu Negara.Hadirin sekalian, Semoga Universitas Negeri Jakarta ke depan akan menghasilkan, terus menghasilkan tenaga kependidikan yang bermutu tinggi untuk memenuhi kebutuhan sistem pendidikan nasional kita. Seperti kita ketahui bahwa salah satu cita-cita para founding fathers kita mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan kecerdasan yang telah dimilikinya itu diharapkan bangsa kita akan sanggup mengisi kemerdekaan dengan melakukan pembangunan di semua bidang kehidupan. Tujuan akhirnya tiada lain yang ingin dicapai adalah masyarakat Indonesia yang adil, yang makmur, dan yang sejahtera.
Para Peserta Seminar yang berbahagia, Perjuangan untuk mewujudkan cita-cita bangsa itu adalah perjuangan tanpa mengenal batas akhir. Setiap generasi mempunyai tantangan dan perjalanan sejarahnya sendiri-sendiri. Namun yang pasti mereka ingin menyumbangkan karya terbaiknya bagi kemajuan bangsa. Dalam memperingati 1 Abad Kebangkitan Nasional, mari kita bertekad menyatukan pikiran kita, menyatukan langkah kita, dan tindakan kita untuk melanjutkan pembangunan bangsa menuju negara yang maju atau development country. Insya Allah sebelum medio abad 21 sesuai dengan harapan dan ajakan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sering disampaikan pada beberapa kesempatan.Berangkat dari ajakan Presiden tersebut ke depan, mari kita terus tingkatkan kemandirian, daya saing dan peradaban bangsa, agar semakin terhormat. Dalam kaitan itu, pendidikan dalam arti luas memiliki peran yang sangat penting. Saat ini Pemerintah terus berusaha mengembangkan dan menjalankan pendidikan yang semakin berkualitas, semakin mudah dijangkau, semakin murah, dan insya Allah gratis bagi yang miskin. Tentu kita wajib dan patut mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah yang telah dengan sungguh-sungguh melakukan upaya untuk menyejahterakan guru, yang tentu saja harus disesuaikan dengan kemampuan belanja negara. Alokasi anggaran untuk pendidikan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD, memang belum mampu diwujudkan saat ini. Dengan kata lain, tentu harus ditempuh step by step atau bisa dikatakan secara bertahap, mengingat sektor-sektor pembangunan lainnya juga membutuhkan biaya dan alokasi yang seimbang.Pada kesempatan yang baik ini, kita juga patut memberikan penghargaan kepada Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan juga Pemda-pemda yang lain, yang sudah dapat memenuhi target tersebut. Bahkan DKI Jakarta, saya dengar sudah mengalokasikan 21% dari APBD-nya untuk anggaran pendidikan. Para Peserta Seminar yang berbahagia,Pendidikan yang berkualitas sesungguhnya mencakup sistem pendidikan yang baik dan tepat, metodologi dan pengasuhan yang tepat, kurikulum yang tepat, serta mutu para pendidiknya. Dengan strategi, kebijakan, dan konsep seperti itu sangat jelas bahwa guru memiliki peran yang sentral. Di sini kita bisa melihat, bahwa kewajiban Pemerintah untuk terus memikirkan kualitas dan kesejahteraan guru, sedangkan kewajiban guru mengembangkan metodologi pengajaran, sistem pengasuhan, termasuk cara mengevaluasi peserta didik. Anak remaja dan generasi muda kita menghabiskan waktu paling tidak 9 tahun di sekolah bersama-sama dengan guru. Oleh karena itu, peran guru sangatlah penting untuk menanamkan nilai, membentuk perilaku bagi siswanya. Menyangkut perilaku itu juga mencakup disiplin, sikap rukun satu sama lainnya, mengembangkan kasih sayang antara sesama, penghormatan kepada orangtua dan guru, kepatuhan kepada pranata hukum dan lain-lainnya. Sekali lagi, semua ini memerlukan metode belajar dan sistem pengasuhan yang tepat. Pranata hukum yang perlu diketahui oleh anak didik adalah hukum yang berlaku secara nasional, seperti Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah. Hukum yang berlaku secara lokal, seperti Peraturan Daerah dan masih banyak lagi peraturan-peraturan lain yang merupakan inovasi dari sekolah dan para guru itu sendiri. Seperti misalnya kalau seorang murid harus masuk dalam sekolahnya atau masuk dalam kelasnya pukul 07.00 tepat dan kembali pukul 14.30, itu merupakan inovasi dari sekolah masing-masing. Kemudian barangkali seorang guru juga mempunyai aturan-aturan tersendiri bagi murid-muridnya, itu juga merupakan inovasi dari masing-masing guru. Jelaslah guru merupakan salah satu aktor penting dan memiliki peran utama dalam human resource development atau pengembangan sumber daya manusia. Tidak dapat dipungkiri, bahwa karena pengabdian gurulah lahir para pemimpin bangsa dan para tokoh masyarakat dari berbagai profesi. Demikian pentingnya peran seorang guru, terutama bila dihadapkan pada tugas dan fungsi utamanya sebagai seseorang yang tidak hanya melakukan knowledge transfer, tetapi juga membimbing dan mengasuh anak didiknya sesuai dengan bidang studinya.Seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan multipotentiality anak didik yang meliputi segala dimensi kecerdasan, dari intellectual adversity, greatersity, spiritual dan emotional. Saya perlu mengingatkan kembali kepada para guru dalam melaksanakan tugas mulia tersebut, seorang pendidik perlu memiliki 4 hal utama, yaitu kompetensi, kesabaran, kreativitas dan keteladanan. Seorang guru harus memiliki kompetensi yang berarti mempunyai kemampuan teknik mengajar maupun penguasaan materi pelajaran. Berikan penjelasan kepada anak didiknya dengan gamblang, jangan hanya sekedarnya saja dan jangan berpikir yang penting sudah saya jelaskan, mau mengerti, mau tidak, itu bukan urusan saya, itu urusan anak didik sendiri. Hal ini yang harus kita cegah. Ingat pada tahun 2004 yang lalu, Presiden sudah mencanangkan guru sebagai profesi, pertanggungjawabkan profesi itu sebaik-baiknya untuk meningkatkan mutu hasil didik kita.Seorang guru juga harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang begitu cepat terjadi pada era global ini, sehingga dia harus aktif mengikuti updating terus-menerus di bidang keilmuannya, baik melalui berbagai literatur, jurnal, artikel maupun memanfaatkan teknologi internet. Selain itu juga harus terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi di dalam negeri, syukur-syukur kalau bisa mengikuti pula perkembangan di luar negeri. Sehingga suatu saat bila anak didiknya menanyakan, maka seorang guru bisa menjadi narasumber yang baik akan keadaan ataupun kejadian yang terjadi, baik di Indonesia maupun di luar negeri.Para Guru dan para Peserta Seminar yang berbahagia, Ketika saya masih kecil dulu, guru selalu mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya, yang subur, yang makmur, adil dan sentosa, hanya sampai di situ saja. Tetapi kenyataannya setelah saya menjadi pendamping Presiden Republik Indonesia, ternyata kondisi bangsa Indonesia bukan hanya kelebihannya saja, tapi termasuk kekurangannya. Ini yang tidak pernah disampaikan oleh guru kami pada jaman dahulu. Oleh karena itu menurut saya, hal inilah sesuai dengan apa yang terjadi sebagai experience kita, sebagai pengalaman hidup kita, ternyata Indonesia memang memberikan kekayaan ataupun Allah SWT memberikan segala anugerahnya kepada bangsa Indonesia, kekayaan tambangnya, kekayaan alamnya, tetapi sekaligus dengan hambatan dan tantangannya.Indonesia terletak di antara 2 benua, Indonesia terletak di antara 2 samudra, tetapi Indonesia juga terletak pada 3 lempengan, lempeng bumi yang kita sebut dengan nama lempeng Indo-Australia, Ero-Asia dan lempeng Pasifik yang dari sejak terjadinya bumi ini, lempeng tersebut selalu jalan, selalu bergerak dan kadang-kadang terjadi tumbukan. Bila terjadi tumbukan, maka terjadi gempa bumi. Bila gempa buminya terjadi secara vertikal, maka tidak menyebabkan tsunami, tetapi kalau horizontal, terjadilah tsunami, karena pada magnitude yang sangat tinggi. Ini yang harus diberikan juga pengetahuan kepada anak-anak kita. Sehingga kelak anak-anak kita ketika dewasa pun akan bisa mengetahui dengan pasti dan mereka yang akan menjadi para pemimpin di Indonesia ini, juga sudah siap dengan segala kelebihan dari bangsa kita, dari negara kita, tetapi juga siap jika menghadapi hambatan, tantangan, dan juga cobaan dari Allah SWT.Hadirin sekalian,Seorang guru harus pula memiliki kesabaran dalam mendidik. Dia harus memahami bahwa tugas guru selain memberikan ilmu, juga memiliki tugas membimbing dan mengasuh anak didiknya. Dalam hal ini perlu dikembangkan sikap yang terbuka dan saling percaya antara guru dan anak didiknya. Sosok guru harus tampil sebagai tokoh yang disegani dan bukan yang ditakuti. Terapkanlah kasih sayang dalam proses belajar-mengajar, guru harus menyadari bahwa setiap anak didik sebagai makhluk Tuhan, memiliki unlimited capacity to learn, sehingga guru harus bisa sabar, sebagai motivator dalam pengembangan diri anak didik tersebut.Seorang guru selain memiliki kemampuan dan kesabaran, juga harus memiliki kreativitas dalam membuka kemampuan anak didik. Dia harus memahami kondisi setiap anak didiknya yang memiliki intelijen dan karakter yang tidak sama satu dengan lainnya. Berikan peluang pada anak didiknya untuk memberdayakan kemampuan sendiri yang sesuai dengan pilihannya. Seorang guru juga harus memiliki keteladanan. Kata guru dari bahasa Jawa sering dikatakan sebagai yang di-gugu dan ditiru. Hal ini bermakna bahwa setiap ucapan, setiap tindakan, tingkah laku dari guru selalu dicontoh dan diteladani oleh anak didiknya. Dengan demikian, seorang guru harus menjadi role model mulai dari hal-hal yang sangat mendasar. Sebagai contoh, berperilaku sopan, bertutur kata yang santun, memahami nilai, mana yang baik, mana yang buruk, tidak menggunakan narkoba, dan tidak merokok bila di dalam kelas, cinta lingkungan dan selalu menjaga kebersihan, disiplin, dan tepat waktu dalam mengajar dan lain-lain.Hadirin sekalian,Saya teringat ketika anak saya masih kecil dulu. Dia sering sekali diminta oleh gurunya, pada waktu jam istirahat, “Tolong dong belikan Bapak rokok.” Jadi anak saya tersebut pulang-pulang marah-marah, “Kenapa saya ini selalu disuruh beli rokok terus,” katanya begitu. Saya juga terkejut mengapa guru melakukan hal ini. Malah anak didiknya yang dimintai tolong untuk membelikan rokok, inikan tanpa sebetulnya disengaja, tidak langsung, bahkan secara langsung saya katakan ini, berarti mengajari anak tersebut untuk merokok. Dia masih sangat kecil dan dia tentu saja marah-marah. Saya ingat kebetulan juga bersama-sama dengan anak kakak saya yang ada juga di sini, dia berdua yang sering sekali disuruh untuk membeli rokok dan itu teringat terus sampai dia dewasa.Saya pikir ini adalah hal yang tidak patut dilakukan oleh seorang guru, hal kecil, tetapi ini akan teringat terus sampai besar. Mudah-mudahan anak saya tidak menjadi perokok pada waktu dewasanya. Saya pikir ini harus diperhatikan, demikian pula dengan ketepatan waktu mengajar. Anak-anak diminta datang pukul 07.00, tetapi guru datangnya terlambat, dengan segala macam alasan yang katanya mungkin traffic jam, yang kadang-kadang juga dikatakan banyak pekerjaan di rumah yang menanti saya. Saya pikir itu memang menjadi alasan, tetapi sama sekali tidak dibenarkan alasan yang tidak boleh dibenarkan, kalau guru meminta anak-anak muridnya datang tepat waktu, guru seharusnya lebih mendahuluinya, atau juga paling tidak tepat waktu pula. Melalui keteladanan ini akan membentuk sekali lagi karakter moral bagi pengembangan perilaku setiap anak didiknya dan tentu saja akan melekat sampai dia dewasa nanti.Hadirin sekalian,Proses mendidik, membimbing, dan mengasuh anak didik yang dilaksanakan seorang guru adalah sebuah tugas yang mulia, walaupun sangat kompleks. Namun saya yakin bilamana faktor kemampuan, kesabaran, kesungguhan dan keteladanan diaplikasikan dengan baik dalam proses belajar dan mengajar, Insya Allah akan menghasilkan anak didik yang memiliki intellectual cohesion, emotional cohesion, spiritual cohesion dan adversity cohesion. Hadirin sekalian,Pada perkembangan teknologi yang demikian pesatnya, guru dituntut harus mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyerap perkembangan teknologi dalam konteks yang positif. Sebagaimana kita ketahui bahwa perkembangan teknologi dapat memberikan dampak positif, sekaligus dampak negatifnya. Dalam hal ini guru diharapkan dapat memberikan pengarahan yang tepat, karena kata-kata guru sering kali lebih didengar dibandingkan orangtuanya. Terus terang saja ini yang kita alami bersama, bahwa kadang-kadang bila orangtua yang menyampaikannya, kadang-kadang si anak mudah sekali membantahnya. Mungkin saja karena seorang orangtua kurang bisa memberikan apa ya, semacam kedisiplinan kepada si anak. Namun apabila guru yang menyampaikan jam 21.00 harus sudah tidur misalnya seperti itu, anak murid atau di rumah akan diikutinya. Tetapi kalau orangtua yang meminta anak supaya tidur lebih tepat pada waktunya, dia selalu mengatakan tarlu atau entar dulu, “Nanggung nih nontonnya masih baru separuh jalan”, itu yang selalu dilakukan oleh anak. Tetapi bila guru yang mengingatkannya biasanya anak selalu mendengarkannya. Oleh karena itu, saya pikir sekali lagi guru mempunyai peran yang amat penting dalam pendidikan anak-anak. Kita sadari masyarakat sering menuntut terlalu banyak kepada guru, seolah-olah pendidikan adalah tanggung jawab dari guru semata. Saya kira ini adalah sangat tidak adil, karena seyogyanya beban tersebut tidak saja dibebankan kepada guru saja atau guru semata, tetapi juga orangtua dan anak didik yang bersangkutan, atau anak itu yang bersangkutan. Saya kira kalau ketiga-tiganya bisa dibagi rata, pendidikan di rumah adalah tanggung jawab orangtua, pendidikan di sekolah tanggung jawab guru, dan selebihnya anaklah yang harus juga bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, insya Allah pendidikan di Indonesia akan mencapai sasarannya.Para peserta seminar yang berbahagia, Tadi barangkali sebelum acara resmi dimulai, hadirin sekalian sudah menyaksikan tayangan film mengenai kegiatan yang dilakukan oleh Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu. Apakah sudah sempat tadi? Sudah sempat, baik. Dihadapkan dengan berbagai keterbatasan yang kita miliki, saya selaku pribadi sebagai Ibu Negara merasa terpanggil untuk turut menunjang upaya para guru memberikan pembelajaran kepada anak-anak yang membutuhkan. Dalam upaya ini, saya bersama-sama dengan SIKIB, Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu memiliki program-program yang motto dan logonya tercantum di depan ini.Ibu-ibu sekalian,Ketika tahun 2004 Presiden SBY dilantik sebagai Presiden, kemudian terjadi musibah tsunami di Aceh dan sebelumnya Presiden dan saya ikut mendampingi beliau sedang berkunjung ke Nabire, daerah Papua yang juga habis mengalami bencana. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh berita tentang tsunami di Aceh, langsung dari Papua kami terbang menuju ke Aceh. Hari ketiga kami sudah berada di Lhokseumawe, Aceh dan di sana terkejut melihat ratusan ribu manusia hilang nyawa dalam sekejap mata. Disitulah saya menangis dan berpikir kira-kira apa yang bisa kita lakukan untuk membantu saudara-saudara kita.Ketika kembali ke Jakarta, saya memanggil Ibu Widodo dan seluruh Istri Kabinet Indonesia Bersatu. Saya sampaikan apa yang bisa kita lakukan, kita harus bisa berbuat sesuatu. Akhirnya lahirlah Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu, dari mulanya keprihatinan kita kepada rakyat Aceh. Tujuan dari kegiatan kita ini adalah tentu dalam membantu Pemerintah dalam bidang pendidikan, di sini yang kita sebut dengan Program Indonesia Pintar melalui motto “Gemar membaca meraih cita-cita”, dengan mengembangkan Mobil Pintar, Motor Pintar, Rumah Pintar dan, insya Allah, Kapal Pintar. Kapal Pintar sebetulnya kita sudah punya satu di Maluku, tetapi besok dalam Puncak Peringtan Hari Ulang Tahun ke-3 Mobil Pintar, kita akan meluncurkan lagi 2 Kapal Pintar. Ibu Okke Hatta Rajasa nanti akan menyampaikan latar belakang dari pembentukan program ini melalui Indonesia Pintar ini. Kemudian hadirin sekalian dan alhamdulillah pada awal kita melakukan kegiatan ini, kita bekerja sama dengan UNJ, dengan Universitas Negeri Jakarta. Bapak DR. Bejo tadi mengatakan Bapak juga mempunyai TK keliling Bapak ya. Apakah TK keliling ini juga sama dengan yang kita kembangkan, artinya dengan mobile atau yang mobile gurunya. Gurunya yang mobile, tetapi lokasinya tetap. Baik, yang mungkin agak berbeda dengan yang kita kembangkan adalah kita mobile tempatnya belajar. Tetapi karena suatu saat ada anak-anak yang menangis ketika Mobil Pintar itu berhenti 3 bulan di tempatnya, minta diperpanjang 6 bulan, kemudian bahkan minta supaya jangan dipindah lagi perpustakaan ini. Oleh karena itu, lahirlah Rumah Pintar, dimana-mana sekarang sudah ada. Kemarin Ibu Widodo tanggal 4 baru saja meresmikan Rumah Pintar yang ada di Ancol. Rumah Pintar ini sudah tersebar mulai dari Aceh sampai dengan Papua, demikian pula dengan yang lainnya. Nanti Ibu Okke Hatta Rajasa akan menjelaskan lebih jelas lagi dan barangkali guru-guru yang tersebar, baik di DKI maupun di seluruh Indonesia bisa ikut berpartisipasi, memberikan sumbangan, pikiran kepada konsep yang kita kembangkan ini, kita tentu saja akan menerimanya dengan senang hati.Ibu Widodo tadi juga sudah menyampaikan program kita juga meliputi Indonesia Hijau dengan motto “Mari selamatkan bumi kita”, Indonesia Sehat dengan motto “Bangsa sehat negara kuat”, Indonesia Kreatif dengan motto “Lestarikan budaya pacu kreativitas”, Indonesia Peduli dengan motto “Cinta dan peduli sesama”. Dengan berharap mengembangkan konsep tadi tentu saja kita berharap, anak-anak Indonesia menjadi anak-anak yang pintar, anak yang kreatif, anak yang sehat, anak yang peduli akan lingkungannya, dan juga mencintai lingkungan yang bersih dan hijau. Tentu saja kita berharap dapat membentuk kehidupan bangsa Indonesia yang sejahtera di masa yang akan datang. Para Peserta Seminar yang berbahagia, Tadi Ibu Widodo sudah menjelaskan beberapa narasumber yang akan tampil pada seminar sehari ini, diantaranya adalah Ibu Inke Maris, kemudian juga Ibu Ratna Megawangi Sofyan Jalil dan yang lain-lainnya. Timbalah ilmu sebaik-baiknya, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh para narasumber, berikan masukan-masukan, apabila itu demi kebaikan kita bersama. Semoga ceramah nanti ataupun ceramah dan pembekalan yang akan diberikan oleh para narasumber dapat menjadi bekal bagi para guru sekalian mengemban tugas di tempat masing-masing.Sebelum saya akhiri, saya ingin menyampaikan pesan dari Bapak Presiden Republik Indonesia untuk para guru sekalian. Para Guru yang berbahagia,Jangan pernah berhenti memberikan pengabdian yang terbaik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga tugas mulia sebagai guru yang telah Ibu dan Bapak emban selama ini mampu menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang cerdas dan kuat, sehingga sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Akhirnya selamat mengikuti Seminar Pencerahan Guru untuk kader bangsa. Selamat berkarya, selamat bertugas. Wabillahitaufiq walhidayah wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Senin, 10 November 2008

Depdiknas Proses 8.167 Surat Keputusan Sertifikasi


Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), saat ini tengah memproses surat keputusan lulus sertifikasi untuk 8.167 guru yang telah mengikuti ujian sertifikasi. "Diusahakan bulan depan sudah bisa dibayar tunjangan profesinya," kata Direktur Profesi Pendidik Ahmad Dasuki saat ditemui di sela kunjungan Menteri Pendidikan Nasional di Kota Tarakan, Kalimantan Timur, Kamis (11/9).
Dasuki menambahkan, dari 200.450 guru yang ikut ujian, 182,544 guru dinyatakan lulus. "Jumlah itu setara dengan 90 persen peserta,"jelasnya. Sementara, sepuluh persen lainnya tidak lulus karena belum melengkapi dokumen, tidak sesuai kuota, serta dinyatakan gugur. Dari jumlah yang lulus itu, 118.105 orang diantaranya telah mendapatkan surat keputusan pembayaran tunjangan profesi, 8.167 orang lainnya sedang diproses surat keputusannya. Sedangkan 55.272 orang terhambat pembayarannya.
Saat ini, lanjut Dasuki, Direktur Jenderal Perbendaharaan Negara, sedang menyiapkan anggaran sebesar Rp 3 triliun bagi mereka yang belum mendapat pembayaran itu. "Kami masih menunggu berkas 55 ribu guru dari 61 kabupaten/kota itu," katanya.
Dasuki menyebutkan, 61 kabupaten/kota yang belum menyerap anggaran tunjangan profesi itu, berada di sembilan provinsi. Mereka adalah, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kepulauan Riau dan Irian Jaya Barat. Pada kesempatan itu, Dasuki juga mengatakan, saat ini Departemen Pendidikan Nasional juga tengah memastikan pengangkatan 84.722 guru honorer dan guru bantu. Ditargetkan pada Oktober hingga Desember mendatang sudah diangkat 60.000 guru, dan 24.722 orang lainnya akan dimasukkan dalam formasi Agustus 2009.
Untuk mempercepat proses itu, Dasuki meminta seluruh guru honorer mengirimkan data ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) melalui Dinas Pendidikan setempat. Bila mereka sudah diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil, maka secara otomatis menerima peningkatan kesejahteraan dan mendapat tunjangan fungsional. Mereka akan mendapatkan gaji berdasarkan golongan kepangkatan, tunjangan fungsional, serta tunjangan profesi. Gaji akan disesuaikan dengan masa kerja dan pendidikan terakhir. Jika sarjana pendidikan maka akan digolongkan di III/C, jika Diploma tiga atau pendidikan guru TK/SD masuk golongan II. Tunjangan fungsional bagi guru kontrak atau guru honor yang telah diangkat besarnya antara lain Golongan II sebelumnya mendapat Rp 280.000 pada 2009 menjadi Rp 460.000.
Sedangkan tunjangan profesi guru golongan III yang sebelumnya Rp 340.000 naik menjadi Rp 520.000 dan guru golongan IV sebelumnya Rp 370.000 menjadi Rp 560.000. Sementara tunjangan profesi yang akan dibayarkan yaitu satu kali gaji pokok.

KPK Tahan Danny Setiawan


Senin, 10 November 2008 20:07 WIB
JAKARTA, SENIN - Dua tersangka kasus dugaan korupsi terkait pengadaan alat berat dan mobil pemadam kebakaran di Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Danny Setiawan dan Yusuf Setiawan, akhirnya mendekam di penjara. Pada pukul 18.33 WIB, Senin (10/11), Danny ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan dititipkan ke rutan Bareskrim. Sementara Yusuf ditahan dua jam sebelumnya di rutan Polres Jakarta Pusat.
Juru Bicara KPK, Johan Budi SP, mengatakan KPK memang memutuskan menahan mantan Gubernur Jawa Barat dan rekanan Pemprov Jabar itu pada hari ini. "Ya KPK memutuskan untuk menahan dua orang, Danny Setiawan dan Yusuf setiawan. Danny diduga melanggar pasal 2 ayat 1 dan pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU No. 20 tahun 2001," jelas Johan kepada wartawan.
Menurut dia, nilai proyek ini mencapai Rp 101 miliar dan menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 56 miliar. KPK telah menyita Rp 12,5 miliar dari sejumlah tersangka dan saksi. Danny sendiri diduga telah menerima uang sebesar Rp 1 miliar dalam kasus tersebut.
Johan menambahkan masih ada dua lagi tersangka dalam kasus ini, Ijudin Budhyana (Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Jabar) dan Wahyu Mulyana (Kepala Biro Perlengkapan Pemprov Jabar). Namun, KPK belum memutuskan untuk menahan keduanya. "Proses belum selesai, masih terus berjalan. Yang dua belum tahu akan ditahan," katanya.
Penasihat hukum Danny, Abidin, mengatakan pihaknya belum mendalami penahanan itu. Sebab, kasus ini berawal dari disposisi Nuryana (Gubernur Jabar saat itu) ke sekda yang saat itu dijabat oleh Danny. Kemudian Danny meneruskan ke biro perlengkapan yang mewujudkan pengadaan alat berat dan damkar tersebut

VISI & MISI KABUPATEN CIANJUR 2006 - 2011


VISI :CIANJUR LEBIH CERDAS, SEHAT, SEJAHTERA DAN BERAKHLAQUL KARIMAH

MISI :

Meningkatkan Akses Terhadap Pendidikan yang Bermutu.
Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat.
Meningkatkan Pembangunan Ekonomi yang Berbasis Potensi Lokal.
Meningkatkan Pembinaan Akhlaqul Karimah Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara.

MENINGKATKAN AKSES TERHADAP PENDIDIKAN YANG BERMUTU

Masalah
Masih rendahnya partisipasi belajar di tingkat SLTP ke atas.
Masih kekurangan kuantitas dan kualitas tenaga pendidik
Masih kurangnya prasarana dan sarana pendidikan.
Rendahnya Kesempatan Kerja bagi para lulusan SMTA.
Belum optimalnya pembinaan Seni Budaya Daerah
Sasaran
Meningkatnya Rata-rata Lama Sekolah (RLS)
Meningkatnya Angka Melek Huruf (AMH)
Meningkatnya kualitas pendidikan yang berakhlaqul karimah.
Berkembangnya seni budaya daerah
Kebijakan
Akselerasi penuntasan Wajar Dikdas Sembilan Tahun.
Mengembangkan akses ke pendidikan menengah dan tinggi
Mengembangkan Pendidikan Luar Sekolah
Mengembangkan mutu pengelolaan kurikulum
Program
Akselerasi penuntasan Wajar Dikdas Sembilan Tahun. Misalnya : Sekolah gratis SD/SMP
Pengembangan jumlah dan mutu PKBM.
Pengembagan mutu dan relevansi pendidikan. Misalnya: Perbaikan Prasarana/sarana sekolah dan penyediaan kendaraan para Pengawas/Penilik PLS
Pengembangan pendidikan menengah dan tinggi. Misalnya: Biaya utusan daerah bagi lulusan SMTA berprestasi
Pengembangan seni budaya lokal.
Peningkatan mutu,jumlah dan kesejahteraan tenaga pendidik.
Pengembangan minat baca.
Pengembangan mutu manajemen pendidikan. Misalnya: Anggaran pendidikan minimal 20 %

MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

Masalah
Belum optimalnya pembinaan pola hidup bersih dan sehat pada masyarakat.
Rendahnya derajat kesehatan lingkungan.
Rendahnya kualitas, kemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
Sasaran
Meningkatnya Umur Harapan Hidup (AHH).
Menurunnya Angka Kematian Bayi AKB).
Menurunnya Angka Kematian Ibu Melahirkan.
Menurunnya Prevalensi Gizi Kurang Pada Anak
Kebijakan
Pemberdayaan Puskesmas dan Posyandu
Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga medik.
Pemberian jaminan kesehatan bagi penduduk miskin.
Peningkatan kesehatan lingkungan dan Pola Hidup Sehat.
Peningkatan kuantitas dan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan dasar
Program
Pengembangan Pelayanan Kesehatan. Misalnya: Bantuan biaya bagi rujukan ke RS tk. Provinsi
Penguatan Lingkungan Sehat.Misalnya: Pengembangan Desa sehat
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan rawan giji.
Pengembangan Fasilisatas Kesehatan. Misalnya: Revitalisasi Puskesmas dan Posyandu
Pengembangan manajemen kesehatan. Misalnya: peningkatan kesejahteraan tenaga medik (terutama di daerah terpencil)


MENINGKATKAN PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERBASIS POTENSI LOKAL

Masalah
Kurangnya pengembangan potensi lokal per wilbang
Kurangnya lapangan kerja.
Kurangnya pemberdayaan Koperasi dan UKM
Sasaran
Meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Lebih baiknya pemerataan pendapatan
Kebijakan
Pengembangan agribinis dan pariwisata
Pengembangan sistem investasi
Program
Peningkatan pemerataan pembangunan prasarana dasar. Misalnya: Perbaikan manajemen jalan, irigasi dan listrik
Pemberdayaan Koperasi dan UKM. Misalnya: Revitalisasi pasar kecamatan/desa
Perbaikan sistem pelayanan investasi. Misalnya: Penyederhanaan proses perijinan
Perbaikan sistem ketahanan pangan. Misalnya: Peningkatan peran PPL

MENINGKATKAN PEMBINAAN
AKHLAQUL KARIMAH DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

Masalah
Belum berkembangnnya keterpaduan pendidikan formal, nonformal dan informal yang dilandasi nilai-nilai ahklaqul karimah.
Belum meratanya dukungan terhadap lembaga-lembaga keagamaan.
Belum berkembangnya aplikasi nilai-nilai akhlaqul karimah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sasaran
Meningkatnya pembinaan kerukunan antar umat seagama, antar umat beragama dan antara umat beragama dengan pemerintah (tri kerukunan).
Meningkatnya kesalehan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kebijakan
Penguatan peran lembaga pendidikan keagamaan dan organisasi keagamaan.
Pencegahan konflik SARA
Program
Peningkatan pemberdayaan lembaga pendidikan dan organisasi keagamaan, misalnya: pesantren, madrasah diniah, majelis taklim dan ormas Islam.
Penguatan pembinaan masyarakat yang berakhlaqul karimah (Marhamah). Misalnya: Pembinaan generasi muda dan ap.pem dengan cara mentoring.
Peningkatan peran tokoh keagamaan dalam menciptakan tri kerukunan.
Pengembangan seni budaya yang religius.

PROGRAM PENUNJANG DALAM MENJALANKAN MISI
Peningkatan pemberdayaan pemerintahan kecamatan, desa / kelurahan dan lembaga-lembaga kemasyarakatan/kader pembangunan. Misalnya peningkatan dana BKPD dan rintisan KTP gratis penduduk miskin/kader pembangunan.
Pengembangan manajemen pemerintahan daerah kabupaten. Misalnya: Penyesuaian struktur dan pengangkatan PNS.
Pengembangan kemitraan dalam pengembangan sistem pelayanan umum dan pembangunan.
Pengembangan hubungan dengan daerah sekitar, dengan pemerintahan tingkat propinsi, tingkat pusat dan luar negeri

Fenomena Sertifikasi Guru


Written by Administrator
Thursday, 13 March 2008
Sertifikasi guru adalah program yang mampu memberikan semangat tersendiri kepada semua guru untuk berlomba-lomba memperkaya diri dengan berbagai macam dokumentasi (portofolio- portofolio) yang tertuang dalam persyaratan sertifikasi guru. berbagai macam cara ditempuh untuk memenuhinya. karena dengan terpenuhinya persyaratan tersebut, minimal dapat mengikuti program sertifikasi guru, dan jika berhasil, pada gilirannya menambah tebal pundi-pundi penghasilan. harapan yang ingin diperoleh dari program ini tiada lain adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bagi guru-guru yang syarat dengan pengalaman. Sebagai putra guru (pendidik) sangat menyayangkan kebijakan sertifikasi yg kesannya terlalu otoriter dan banyak mudharatnya.Emang sertifikasi itu ada dampak positif bagi perfomance guru, tetapi dampak negatifnya jg ada.Seharusnya kebijakan sertifikasi itu untuk guru-guru muda (dibawah usia 40), dikarenakan kalo diatas 40 tahun itu, mereka sangat kesulitan jika mengikuti syarat-syarat sertifikasi seperti mengikuti seminar-seminar dan harus menunjang pemakaian teknologi IT untuk mencari data baik artikel atau yg lain. Ditambah usia diatas 40 tahun yang akan memasuki masa pensiun ditambah efeknya terhadap kesehatan para guru. Dampak yang laennya adalah saat guru-guru disibukkan mencari data sertifikasi, maka konsentrasi para guru juga pecah dalam proses mengajar. Hal ini jelas kasihan pada muridnya meskipun murid memaklumi.Adapun dalam proses pencarian data-datanya seringkali para guru hanya mencari sertifikat seminar yg tidak ada hubungan dengan dunia pendidikan. Dan ada kabar yang berkembang adanya praktek makelar seminar yang cukup mudah mengeluarkan sertifikat seminar-seminar.Dan ada selentingan isu yang berkembang, kebijakan MENDIKNAS itu bertujuan untuk menguntungkan ormas yang mengusungnya. Ormas yang diusungnya itu sudah siap sebelum kebijakan itu dikeluarkan. Sedangkan ormas-ormas lain yang bergerak di dunia pendidikan akan kelimpungan dikarenakan tidak ada kesiapan mengenai kebijakan yang banyak mudharatnya.Pendapat saya, seharusnya kebijakan sertifikasi itu ditujukan bagi calon-calon guru. Dikarenakan dengan gosipnya akan ada kenaikan gaji guru maka profesi pendidik pasti akan menggiurkan. Andaikan Mendiknas membaca keluhan-keluhan para pendidik di lapangan, biar dia merevisi kebijakan sertifikasi tersebut.Kurikulum saja bisa berubah-ubah dan bikin pusing para siswa dan masyarakat seprti dari KBM (Kurikulum Berbasis Kompetensi) , dengan sistem II Semester dalam setahun dan diakhiri dengan UAN (Ujian Akhir Nasional) dan sekarang sudah diganti lagi dengan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Sarjana Pendidikan).Apakah hanya dengan kebijakan yang berubah-ubah itu merupakan proyek-nya DIKNAS...hehehe...Wallahu 'Allam...Semoga Dunia Pendidikan Indonesia dapat mempintarkan masyarakat bukan membingungkan

Tanda-tanda Eksekusi Amrozi Semakin Dekat


Kamis, 6 November 2008 12:38 WIB
Laporan wartawan Kompas Madina Nusrat
CILACAP, KAMIS — Tanda-tanda pelaksanaan eksekusi mati tiga terpidana Bom Bali, Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Ghufron, semakin dekat. Indikasi itu tampak pada dihentikannya operasional truk-truk pengangkut material bangunan untuk perbaikan jalan dan LP Super Maximum Security di Pulau Nusakambangan, terhitung Kamis (6/11) ini hingga Senin depan.
Menurut Sukartono (52), penjaga pintu Dermaga Wijayapura, lalu lintas dermaga mulai Kamis ini hanya untuk para pegawai LP Nusakambangan dan para aparat polisi. "Sampai Senin besok truk-truk pengangkut itu tak boleh masuk Nusakambangan," katanya.
Penjagaan di sekitar Dermaga Wijayapura pun terus ditingkatkan. Pada Rabu kemarin, sterilisasi di kawasan dermaga diperluas dari radius 100 meter menjadi 200 meter. Hari Kamis ini, penjagaan tak lagi dilakukan oleh Polisi Samapta, melainkan Brigade Mobil. Baik pegawai LP maupun warga Nusakambangan tetap diperiksa secara ketat oleh Brimob. Beberapa kali helikopter juga melintas di atas Pulau Nusakambangan.

Pangdam: Waspadai Dampak Eksekusi Amrozi Dkk


Jumat, 31 Oktober 2008 17:25 WIB
SURABAYA, JUMAT - Pangdam V/Brawijaya Mayor Jenderal TNI Soewarno minta prajurit dan masyarakat di Jatim mewaspadai dampak dari rencana eksekusi pelaku bom Bali, Amrozi dan kawan-kawan. "Wilayah Jatim yang berdekatan dengan Jateng tidak menutup kemungkinan terkena imbas dari rencana eksekusi itu. Karenanya seluruh prajurit TNI dan masyarakat Jatim waspada," kata Soewarno di Surabaya, Jumat (31/10).
Mantan Komandan Paspampres itu minta masyarakat saling bahu membahu meningkatkan keamanan wilayahnya, agar terhindar dari hal-hal yang bisa merugikan, khususnya masyarakat Jatim dan masyarakat Indonesia pada umumnya. "Masalah Amrozi ini merupakan perkembangan situasi yang harus diwaspadai karena akan dieksekusinya pelaku bom bali itu. Menurut informasi, kaki tangan Amrozi Cs akan melakukan tindakan balas dendam terhadap para pejabat hukum yang telah menjatuhkan hukuman," katanya.
Mengenai pilgub Jatim putaran kedua, jenderal berbintang dua itu kembali mengingatkan prajuritnya bertindak netral. Pangdam juga minta prajurit TNI untuk tulus ikhlas membantu mengatasi kesulitan warga masyarakat di sekitarnya lewat program kemanunggalan TNI dengan rakyat. "Bersikap sopan santun juga harus selalu dijaga, karena sebagai orang timur, yang kental dengan etika ramah tamah, harus bisa ditunjukkan kepada bangsa lain, bahwa masyarakat Indonesia masih memegang teguh adat ketimurannya,"

Sabtu, 08 November 2008

TEKNIK MEMAINKAN SENI CIANJURAN


Suling sebagai penunjang dalam iringan Mamaos, Cianjuan dan berperan dominan dalam instrumentalia Kecapi suling dalam perkembangannya seni meniup suling tersebut mempunyai keanekaragaman baik dalam teknik tiupan,penjarinan dan juga pembentukan ornamentasinya. Pembentukan ornamentasi dalam pengungkapan kawih,cianjuran (mamaos) dan degung masing-masing mempunyai style/gaya yang khas.
Akhirnya tiap jenis teknik tiupan suling tersebut dapat diklasipikasikan ke dalam sajian yang khusus pula.Degung demikian apabila hal ini dapat dirinci dan dibedakan hal-hal yang sangat esensialnya akan didapatkan teknik-teknik yang praktis dan sistematis untuk mengungkapkan cara tiupan,penjarian dan ornmentasinya dalam berbagai laras dan surupannya. (1992)
Teknik Tiupan Dan Penjarian Pada Tarompet Kendang Pencak
Teknik tiupan dan penjarian pada tarompet kendang pencak merupakan teknik dasar sebagai proses belajar dalam memainkannya.
Jari yang digunakan untuk menengkep adala tujuh, karena lubang yang dimiliki tarompet Sunda sebanyak 7 lubang. Adapun penjarian ini terdiri dari dua bagian:
- Tangan kiri, bagian atas, meliputi jari telunjuk, tengah dan manis.
- Tangan kanan, telunjuk, tengah, manis, kelingking.
- Ibu jari sebagai penahan atas dan bawah. (1995)
Degung Kreasi
Dalam rancangan garapan ini penggarap akan membuat karya cipta lagu-lagu degung yang terdiri dari syair dan lagu yang diaransement dengan menggunakan notasi damina (pentatonis), yang mengacu pada sumber kaset degung kawih Bentang Kaelang karya Nano S. Da kaset degung Kawih Pareng life cykle grup, dengan materi garapan terdiri dari:
1. Isi garapan: lagu-lagu laras degung
2. Materi garapan: degung kawih wanda anyar
3. Instrumen pendukung: Bonang, Saron penerus, peking, jengglong, suling, kendang satu set, kempul dan gong, juru kawih.
4. Personal pendukung, terdiri dari mahasiswa, alumni dan tenaga pengajar STSI Bandung. (1999)

SEJARAH SINGKAT KABUPATEN CIANJUR


Sejarah Kabupaten Cianjur sangat sedikit diketahui, akan tetapi menurut cerita-cerita dari orang tua, daerah Kabupaten Cianjur dahulunya adalah termasuk kedalam wilayah Kerajaan Pajajaran.Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kepercayaan masyarakat Cianjur yang sama dengan masyarakat pada jaman kerajaan pajajaran yang banyak mengenal kebudayaan hindu.
Asal usul Kabupaten Cianjur diketahui setelah masuk pengaruh Islam ke Cianjur dari Kesultanan Banten kira-kira abad XV.Bupati pertama Cianjur bernama Wiratanu I yang memerintah kira-kira abad XVII berpusat di Cikidul-Cikalong Kulon 20km sebelah utara Kabupaten Cianjur sekarang. Kemudian dipindahkan oleh Bupati Wiratanu II ke tepi sungai dan jalan raya yang telah dibuat oleh Daendels antara Anyer - Panarukan yaitu Kota Cianjur sekarang.
Kota Cianjur menjadi Kota Keresidenan Priangan pada masa Raden Kusumah Diningrat dengan wilayah meliputi Pelabuhan Ratu sebelah barat, Sungai Citanduy dengan barisan Gunung Halimun, Mega Mendung, Tangkuban Perahu sebelah timur, dan Samudra Indonesia sebelah selatan.Kemudian pada masa Bupati R.A.A Prawiradiredja wilayah Cianjur mengalami perubahan menjadi Cikole sebelah barat, Sukabumi sekarang, Bandung dan Tasikmalaya dengan Ibukota Keresidenan dipindahkan ke Bandung.
Perkebunan karet dan teh merupakan akibat dari sistem tanam paksa (cultur stelsel).Perkebunan tersebut merupakan tempat hiburan akhir pekan bagi asisten residen dan orang-orang belanda yang tinggal di Cianjur dan cenderung membuat rumah didaerah Cipanas-Puncak.
GEOGRAFISSecara Geografis, Kabupaten Cianjur terletak pada 106. 25o -107. 25o Bujur Timur dan 6.21o - 7.32o Lintang Selatan dengan batas-batas administratif :
Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta.
Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.
Luas wilayah Kabupaten Cianjur +/- 3.501,48 km2 terbagi dengan ciri topografi sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit dan sebagian merupakan dataran rendah, dengan ketinggian 0 s/d 2.962 meter diatas permukaan laut (Puncak Gunung Gede) dengan kemiringan antara 1% s/d 15%.
OBYEK WISATATaman Nasional Gunung Gede PangrangoSalahsatu dari 33 Taman Nasional di Indonesia yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna dengan luas 15.196 Ha serta ketinggian Gunung Gede 2.958 mdpm dan Pangrango 3.019 mdpm.Terdapat beberapa kawah ; kawah ratu, wadon, lanang dan baru. Lokasi di Kecamatan Pacet dengan jarak tempuh dari Jakarta sekitar 80km
Kebun Raya CibodasMerupakan cagar alam yang memiliki 1001 jenis tanaman kaktus yang berusia lebih dari 100 tahun.
Istana Presiden CipanasDibangun pada tahun 1740 oleh warga Belanda bernama Van Heuts diatas tanah 25 Ha. Didalam sekitar istana terdapat suatu bangunan yang dapat dikunjungi yaitu Gedung Bentol yang dulunya pernah dipakai Presiden Soekarno menyusun naskah kemerdekaan RITaman Bunga NusantaraTaman seluas 23 Ha beriklim tropis yang benar-benar nyaman dan menyenangkan dengan berbagai jenis bunga dari berbagai negara di Asia, Amerika, Afrika, Australia dan Eropa. Lokasi di desa Kawung Luwuk Kecamatan Sukaresmi dengan jarak tempuh sekitar 90km dari Jakarta.Perkebunan Teh PuncakPemandangan dengan latarbelakang kebun teh dapat dilihat di Puncak. Merupakan Agrowisata yang indah, sejuk dan nyaman yang sewaktu-waktu diselimuti kabut. Cocok untuk kegiatan ‘Tea Walk’ dan Terbang Layang.
Pusat Belanja WisataSepanjang jalur Puncak-Cianjur terdapat banyak tempat menginap hotel berbintang maupun kelas melati, restoran yang menyajikan aneka ragam makanan khas, factory outlet, souvenir, buah-buahan segar, sayur mayur serta bunga/bonsai.
SENI TRADISIONAL
1. Seni Mamaos CianjuranKeistimewaannya adalah lagu-lagunya tidak berpatokan pada birama tertentu, sehingga banyak yang bilang bahwa Seni Cianjuran adalah termasuk Seni Jazz.2. Kacapi Suling, Jaipongan (Ketuk Tilu) dan Calung
MAKANAN TRADISIONAL
1. TaucoMakanan khas Cianjur yang berasal dari negeri Cina. Terbuat dari kacang kedelai pilihan, diproses secara tradisional.Pabrik tauco tertua adalah pabrik tauco cap meong, didirikan tahun 1880 di kota Cianjur.2. Manisan
BUDAYA TRADISIONAL
1. Pengrajin Sangkar Burung2. Pengrajin Lampu Kuning3. Pengrajin Cinderamata Bambu dan Kayu
SENI BELADIRI TRADISIONALPencak Silat / Maenpo

MENCINTAI PROFESI SEBAGAI GURU


Apakah Anda sebagai seorang guru benar-benar mencintai profesi Anda? Apabila Anda memutar kembali waktu yang telah berlalu, apakah Anda masih akan memilih profesi sebagai guru?
Banyak orang meragukan kesejahteraan hidupnya apabila menjadi seorang guru. Sering kita dengar bahwa seorang murid dapat menjadi seorang direktur sebuah perusahaan besar, sedangkan seorang guru akan tetap pada profesi dan kehidupannya yang sederhana. Karena hal inilah akhirnya seseorang berganti haluan dan melepaskan cita-citanya menjadi seorang guru. Itulah gambaran kehidupan yang sering kita lihat.
Apabila Anda pernah meragukan apakah profesi guru adalah profesi yang tepat untuk Anda maka coba renungi dan pikirkan kembali alasan Anda untuk memilih menjadi guru pertama kali. Jika Anda adalah seseorang yang senang mempelajari hal-hal baru dan senang membantu orang lain dengan mengajarkan hal-hal baru kepada mereka, berarti karir sebagai seorang guru adalah karir yang tepat untuk Anda. Jika kita pertimbangkan, menjadi seorang tenaga pendidik sangatlah menyenangkan. Bayangkan Anda menjadi seseorang yang memegang kendali dalam kelas, dapat berkomunikasi dengan orangtua murid, menghabiskan waktu seharian dengan anak-anak, dan berbagai kegiatan lain yang telah dilalui. Rasanya sangat bervariasi hidup ini. Tidakkah Anda senang apabila Anda mengetahui bahwa salah satu dari murid Anda dulu telah menjadi seseorang yang sukses dalam profesi yang ditekuninya?
Saya melihat bahwa menjadi seorang guru merupakan suatu tantangan tersendiri. Guru harus berusaha membuat anak didiknya mengerti akan apa yang diajarkan. Menurut saya, mengetahui bahwa seseorang yang pernah kita ajari telah menjadi seseorang yang berhasil merupakan hadiah yang luar biasa dan tak terhingga nilainya. Rasanya tidak sia-sia apabila Anda dulu dengan bersusah payah membimbingnya.
Jadi jika seseorang mengatakan apakah Anda yakin dengan pilihan hidup menjadi seorang guru? Kini Anda dapat menjawabnya dengan percaya diri dan dari hati nurani yang paling dalam bahwa guru memang profesi yang tepat untuk Anda. Tekankan pada diri sendiri bahwa Andalah pemegang kendali hidup Anda dan dengan menjadi seorang guru, hidup Anda menjadi lebih berwarna.

CARA MEMBUAT ANAK SENANG BELAJAR


Mendengar kata belajar anak menjadi enggan untuk melakukannya, oleh karena itu diperlukan suatu cara agar anak mau mempelajari hal-hal yang baru. Berikut ini merupakan beberapa cara dalam membuat proses belajar menjadi menyenangkan bagi anak.



  1. Untuk anak yang berusia pra sekolah, ajarkan kepada mereka sesuatu yang baru seperti mengenali nama-nama benda yang ada di sekitarnya.

  2. Untuk merangsang daya pikir serta kreativitas mereka, siapkan alat-alat tulis seperti buku menggambar, pensil warna, crayon dan lain-lainnya.

  3. Berikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan bebas yang bermanfaat bagi perkembangannya.

  4. Bantu anak dalam mengerjakan sesuatu kegiatan pertama kalinya, kemudian berikan kesempatan untuk melakukannya tanpa bantuan.

  5. Kenalkan anak pada jadwal, sehingga pada saat mereka melakukan suatu kegiatan dapat diselesaikan dalam jangka waktu tertentu

  6. Biasakan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan anak, pada saat-saat tertentu secara terus menerus.

  7. Bagi anak yang duduk di sekolah dasar, selalu tanyakan dan temani mereka dalam mengerjakan pekerjaan rumahnya.

  8. Tuntun anak apabila kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolahnya.

  9. Ciptakan suasana nyaman di sekitar rumah, agar anak dapat berkonsentrasi dalam belajar.

SEJARAH NU

Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab Wahabi di Mekkah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bidah. Gagasan kaum Wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah maupun PSII di bawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.
Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Wahab Hasbullah dan sesepuh NU lainnya melakukan walk out.
Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah.
Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang sangat berharga.
Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Jumat, 07 November 2008

WALI SONGO

"Walisongo" berarti sembilan orang wali. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang lebih dahulu meninggal. Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian, kemasyarakatan hingga pemerintahan. Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga, dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata. Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat "sembilan wali" ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai "tabib" bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai "paus dari Timur" hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha .
Maulana Malik Ibrahim (wafar 1419) Maulana Malik Ibrahim, atau Makdum Ibrahim As-Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi Asmarakandi. Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia, bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw. Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja, selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa meninggalkan keluarganya. Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik. Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya. Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Sunan Ampel Ia putera tertua Maulana Malik Ibrahim. Menurut Babad Tanah Jawi dan Silsilah Sunan Kudus, di masa kecilnya ia dikenal dengan nama Raden Rahmat. Ia lahir di Campa pada 1401 Masehi. Nama Ampel sendiri, diidentikkan dengan nama tempat dimana ia lama bermukim. Di daerah Ampel atau Ampel Denta, wilayah yang kini menjadi bagian dari Surabaya (kota Wonokromo sekarang).Beberapa versi menyatakan bahwa Sunan Ampel masuk ke pulau Jawa pada tahun 1443 M bersama Sayid Ali Murtadho, sang adik. Tahun 1440, sebelum ke Jawa, mereka singgah dulu di Palembang. Setelah tiga tahun di Palembang, kemudian ia melabuh ke daerah Gresik. Dilanjutkan pergi ke Majapahit menemui bibinya, seorang putri dari Campa, bernama Dwarawati, yang dipersunting salah seorang raja Majapahit beragama Hindu bergelar Prabu Sri Kertawijaya. Sunan Ampel menikah dengan putri seorang adipati di Tuban. Dari perkawinannya itu ia dikaruniai beberapa putera dan puteri. Diantaranya yang menjadi penerusnya adalah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Ketika Kesultanan Demak (25 kilometer arah selatan kota Kudus) hendak didirikan, Sunan Ampel turut membidani lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa itu. Ia pula yang menunjuk muridnya Raden Patah, putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, untuk menjadi Sultan Demak tahun 1475 M. Di Ampel Denta yang berawa-rawa, daerah yang dihadiahkan Raja Majapahit, ia membangun mengembangkan pondok pesantren. Mula-mula ia merangkul masyarakat sekitarnya. Pada pertengahan Abad 15, pesantren tersebut menjadi sentra pendidikan yang sangat berpengaruh di wilayah Nusantara bahkan mancanegara. Di antara para santrinya adalah Sunan Giri dan Raden Patah. Para santri tersebut kemudian disebarnya untuk berdakwah ke berbagai pelosok Jawa dan Madura. Sunan Ampel menganut fikih mahzab Hanafi. Namun, pada para santrinya, ia hanya memberikan pengajaran sederhana yang menekankan pada penanaman akidah dan ibadah. Dia-lah yang mengenalkan istilah "Mo Limo" (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk "tidak berjudi, tidak minum minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkotik, dan tidak berzina." Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.Sunan Bonang Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Sunan Bonang belajar agama dari pesantren ayahnya di Ampel Denta. Setelah cukup dewasa, ia berkelana untuk berdakwah di berbagai pelosok Pulau Jawa. Mula-mula ia berdakwah di Kediri, yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Di sana ia mendirikan Masjid Sangkal Daha. Ia kemudian menetap di Bonang -desa kecil di Lasem, Jawa Tengah -sekitar 15 kilometer timur kota Rembang. Di desa itu ia membangun tempat pesujudan/zawiyah sekaligus pesantren yang kini dikenal dengan nama Watu Layar. Ia kemudian dikenal pula sebagai imam resmi pertama Kesultanan Demak, dan bahkan sempat menjadi panglima tertinggi. Meskipun demikian, Sunan Bonang tak pernah menghentikan kebiasaannya untuk berkelana ke daerah-daerah yang sangat sulit. Ia acap berkunjung ke daerah-daerah terpencil di Tuban, Pati, Madura maupun Pulau Bawean. Di Pulau inilah, pada 1525 M ia meninggal. Jenazahnya dimakamkan di Tuban, di sebelah barat Masjid Agung, setelah sempat diperebutkan oleh masyarakat Bawean dan Tuban. Tak seperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Ia menguasai ilmu fikih, usuludin, tasawuf, seni, sastra dan arsitektur. Masyarakat juga mengenal Sunan Bonang sebagai seorang yang piawai mencari sumber air di tempat-tempat gersang.Ajaran Sunan Bonang berintikan pada filsafat 'cinta'('isyq). Sangat mirip dengan kecenderungan Jalalludin Rumi. Menurut Bonang, cinta sama dengan iman, pengetahuan intuitif (makrifat) dan kepatuhan kepada Allah SWT atau haq al yaqqin. Ajaran tersebut disampaikannya secara populer melalui media kesenian yang disukai masyarakat. Dalam hal ini, Sunan Bonang bahu-membahu dengan murid utamanya, Sunan Kalijaga. Sunan Bonang banyak melahirkan karya sastra berupa suluk, atau tembang tamsil. Salah satunya adalah "Suluk Wijil" yang tampak dipengaruhi kitab Al Shidiq karya Abu Sa'id Al Khayr (wafat pada 899). Suluknya banyak menggunakan tamsil cermin, bangau atau burung laut. Sebuah pendekatan yang juga digunakan oleh Ibnu Arabi, Fariduddin Attar, Rumi serta Hamzah Fansuri. Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kental dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru. Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambahkan instrumen bonang. Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan transedental (alam malakut). Tembang "Tombo Ati" adalah salah satu karya Sunan Bonang. Dalam pentas pewayangan, Sunan Bonang adalah dalang yang piawai membius penontonnya. Kegemarannya adalah menggubah lakon dan memasukkan tafsir-tafsir khas Islam. Kisah perseteruan Pandawa-Kurawa ditafsirkan Sunan Bonang sebagai peperangan antara nafi (peniadaan) dan 'isbah (peneguhan).
Sunan KalijagaDialah "wali" yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya,Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau "jaga kali". Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk statusnya sebagai "penghulu suci" kesultanan. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah. Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga. Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak
Sunan Gunung JatiBanyak kisah tak masuk akal yang dikaitkan dengan Sunan Gunung Jati. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. (Babad Cirebon Naskah Klayan hal.xxii). Semua itu hanya mengisyaratkan kekaguman masyarakat masa itu pada Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Ibunya adalah Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran Raden Manah Rarasa. Sedangkan ayahnya adalah Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati. Dengan demikian, Sunan Gunung Jati adalah satu-satunya "wali songo" yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. Dalam berdakwah, ia menganut kecenderungan Timur Tengah yang lugas. Namun ia juga mendekati rakyat dengan membangun infrastruktur berupa jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah. Bersama putranya, Maulana Hasanuddin, Sunan Gunung Jati juga melakukan ekspedisi ke Banten. Penguasa setempat, Pucuk Umum, menyerahkan sukarela penguasaan wilayah Banten tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal Kesultanan Banten. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkannya kepada Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat dalam usia 120 tahun, di Cirebon (dulu Carbon). Ia dimakamkan di daerah Gunung Sembung, Gunung Jati, sekitar 15 kilometer sebelum kota Cirebon dari arah barat.
Sunan KudusNama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang. Sunan Kudus banyak berguru pada Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali --yang kesulitan mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus. Suatu waktu, ia memancing masyarakat untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid. Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti "sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus, masih menolak untuk menyembelih sapi.Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Sebuah pendekatan yang tampaknya mengadopsi cerita 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Dengan begitulah Sunan Kudus mengikat masyarakatnya. Bukan hanya berdakwah seperti itu yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, ia juga pernah menjadi Panglima Perang Kesultanan Demak. Ia ikut bertempur saat Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.Sunan MuriaIa putra Dewi Saroh --adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus.Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. Sunan Muria seringkali dijadikan pula sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Salah satu hasil dakwahnya lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti .

Kamis, 06 November 2008

ceritera lucu : TOMAT DAN MENTIMUN

Mpok Inah, janda cantik nan bahenol di pinggir kecamatan punya hobby berkebon.
Halaman rumahnya yg luas ditanamin banyak macam tanaman, dari tomat sampe toge, dari jahe sampe mentimun. Yang bikin penasaran si Mpok Inah ini, tomatnya tuh nggak bisa merah-2 seger kaya tomat di kebon Mpok Tuti, tetangga sebelah.... lagian tomatnya kate-2....
Penasaran dengan tomatnya mpok Tuti, suatu hari dia nyamperin ke tetangga nya itu, sambil nanya resepnya apa supaya tomatnya bisa gede-2 dan merah-2. Usut punya usut, rupanya si Mpok Tuti ini tiap hari, pagi and sore, saat belon ada orang yang bangun, dia sambil telanjang nungging di depan tomat-2 nya barang 5 - 10 menit.Rupanya tanaman juga punya perasaan, ngeliatin mpok Tuti yg bugil lagi nungging, mereka pada risih dan merah mukanya, sampe akhirnya merahnya nggak ilang-2. Masuk akal juga, pikir mpok Inah.Mulai esok harinya diapun ikut praktekin tuh jurus. Seminggu kemudian si mpok Tuti gantian yg nyamperin mpok Inah, mau ngecek apa juusnya juga manjur di kebon tetangga. "eh mpok.... gimana kabar tomat ente ? apa sudah ikutan malu-2 jadi merah-2 ?" "elu liat aja sendiri...." kata mpok Inah "bukannya tomat gue jadi merah, eh malah mentimun gue sekarang yg melar jadi gede-2....."